Rabu, 23 Oktober 2013

Konsep Kreativitas Kelompok


Tujuan dan Manfaat Pembuatan Karya Kreativitas

Kelompok:
·         Meningkatkan kreativitas kelompok
·         Menambah pengalaman untuk menghasilkan karya yang kreatif

Pembaca:
·         Memberikan inspirasi kepada pembaca
·         Memberika pengajaran/pengetahuan bagi pembaca

Perencanaan:
Cukup banyak ide yang diberikan kelompok untuk membuat suatu hasil karya kreativitas. Mulai dari explotion box, pop up card, dan lain sebagainya. Setelah di pertimbangkan, ditinjau dari waku dan jumlah anggota, kami memutuskan untuk membuat explotion box. Yaitu, kotak yang berisi berbagai karya atau inspirasi (misalnya; foto, pesan dan lain sebagainya).

Pembuatan karya ini sebenarnya cukup sederhana. Bahan-bahan yang digunakan pun tidak terlalu sulit. Akan tetapi, kendala yang cukup besar adalah waktu. Untuk awal-awal membuat membutuhkan waktu yang cukup panjang, tapi kalau sudah biasa, proses pembuatan akan menjadi lebih cepat.

Perlengkapan:

Alat:
·         Gunting
·         Cutter
·         Lem tembak
·         Double tape
·         Penggaris
·         Pola kubus

Bahan:
·         Kertas Kado
·         Kertas Jeruk
·         Kertas warna
·         Kertas karton


Selasa, 22 Oktober 2013

Rabu, 16 Oktober 2013

Tugas Kreativitas Analisis diri



Analisis diri
Saya anak ke 2 dari 3 bersaudara,  dari kecil diasuh oleh orangtua yang membebaskan kami dalam menentukan pilihan kami, dimana saya dan saudara saya selalu diberikan kebebasan dalam mengekspresikan diri dan kebebasan untuk memilih apa yang kami inginkan, dan orangtua kami selalu memberikan pengarahan apabila ada beberapa prilaku atau tindakan kami yang salah. Ibu saya bersuku jawa, dan ayah saya adalah batak (mandailing). Saya dan saudara saya lebih dekat dengan keluarga ibu apabila dibandingkan dengan keluarga dari ayah, apabila dirumah kami juga lebih kenal dengan budaya jawa daripada budaya ayah yang seharusnya kami ikuti karena kami sudah menyandang marga dari ayah. Dalam keluarga saya di label sebagai “anak betuah” yang maknanya kebanyakan mengandung hal negatif, anak betuah disini maksudnya adalah anak nakal, bandal dan kalau orang jawa bilang saya itu “ndablek” (yang artinya keras kepala), tetapi jika dibandingkan dengan abang dan adik saya, teman saya jauh lebih banyak dibandingkan mereka, ini terjadi karena kebanyakan waktu saya yang saya habiskan di luar untuk bermain daripada dirumah.
Dikeluarga besar saya, saya sangat dekat dengan sepupu, uwak, dan keponakan-keponakan saya, jika dibandingkan dengan kedua saudara saya. Berbeda dengan kedua saudara saya yang kalem, yang kalau disuruh A ya A, taat sama peraturan dirumah, dan berbakti pada orangtua Menjadi berbeda dengan kedua saudara saya tentu saja ada penyebabnya, sejak kecil saya selalu dibedakan dengan kedua saudara saya dalam hal apapun, selalu sering menjadi objek yang disalahkan apabila ada kerusuhan dirumah, bisa dikatakan apabila dirumah saya adalah anak paling sedikit kebagian kasih sayang dan perhatian dari orangtua saya. Orang tua selalu saja berpendapat kalau saya nakal yah memang karena saya yang nakal, orangtua saya tidak berpikir sebenarnya apa yang menyebabkan saya menjadi nakal, dan tidak taat apabila dirumah. Sekarang, setelah sudah tumbuh menjadi dewasa saya menyadari bahwa perbuatan dan kenakalan saya dulu hanyalah untuk mencari perhatian dari orangtua saya. Tapi itu adalah saya yang dulu, berbeda dengan saya yang sekarang.
Di lingkungan masyarakat tempat saya tinggal, masyarakat mengenal saya adalah orang yang ramah, rajin ketawa, lucu, banyak punya banyak teman. Dikomplek rumah, saya selalu beranda dengan siapa saja, berusaha menjadi warga komplek yang baik dengan melibatkan diri apabila ada kegiatan-kegiatan disekitar desa saya yang memerlukan bantuan. Tinggal dan besar didesa yang budaya nya lebih kekeluargaan apabila dibandingkan dengan masyarakat dikota yang individualistik menjadikan saya peduli dengan sesama dan peka apabila ada yang membutuhkan bantuan. 
Dikampus, saya dikenal sebagai seseorang  dengan rasa humor yang tinggi, walaupun saya pasif dalam kegiatan dan organisasi yang ada dikampus maupun diluaran yang sengaja tidak saya ikuti dengan alasan “ tidak mau terikat” tetapi walaupun tidak berorganisasi, saya tetap mau membantu jika ada yang perlu dibantu. Apabila diantara reman-teman saya, saya sering dijadikan tempat curhat, tempat bertukar pikiran dan tempat untuk sekedar membahas hal-hal yang tidak penting yang bisa menghasilkan tawa dan becandaan diantara kami. diantara teman-teman saya, saya agak pemalas, tetapi kalau masalah kepedulian dengan teman, saya bisa dicoba dan diuji.
Diatas adalah uraian mengenai analisis diri saya dilingkungan keluarga, masyarakat dan dikampus. Jika dianalisa menggunakan Teori Rogers mengenai tiga kondisi dari pribadi yang kreatif ialah :
·         Keterbukaan terhadap pengalaman
Menurut saya, saya cukup terbuka dengan berbagai pengalaman dalam hidup saya. Walaupun secara teknis saya tidak suka terikat. Saya sangat membuka diri dengan bebagai hal-hal yang pernah saya lakukan ketika duduk dibangku sekolah. Saya selalu melibatkan diri saya diberbagai kegiatan-kegiatan yang ada di desa saya, dan sering mengkiuti lomba-lomba yang diadakan ketika sekolah. Ketika duduk dibangku kelas 1 dan 2 SMA saya pernah mengikuti lomba nasyid sekabupaten selama 2tahun berturut-turut, lomba baca cerpen sekabupaten, dan lomba-lomba yang diadakan di sekolah. Dilingkungan tempat saya tinggal, saya juga sering melibatkan diri dengan menjadi panitia apabila ada acara-acara yang diadakan didesa saya. Saya menjadikan hal ini sebagai proses pembelajaran dan sebagai wadah untuk mengasah kemampuan atau bakat yang ada dalam diri saya. Walaupun didalam keluarga saya kurang mendapatkan perhatian, tetapi orang tua saya selalu mendukung apa yang saya lakukan. Bentuk dukungan yang datang dari orangtua berupa selalu hadir untuk melihat saya apabila ada perlombaan yang saya ikuti jika situasi nya memungkinkan, selalu bersedia memberikan apa yang saya butuhkan untuk kepentingan kegiatan-kegiatan yang saya ikuti.
·         Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang
Menurut saya, dalam hal ini saya kurang mampu melakukanya. Saya kadang-kadang kurang bisa menempatkan diri dan menilai sesuatu dengan baik, saya cenderung berperilaku sesuai dengan apa yang saya inginkan, walaupun sebenarnya di usia saya ini orang-orang mengharapkan saya berprilaku sebagaimana mestinya anak seumuran saya berperilaku. Tetapi walaupun begitu saya sangat peka dengan kejadian yang ada disekeliling saya, apabila teman, abang atau adik atau keluarga saya membutuhkan bantuan saya. Saya tidak pernah merasa keberatan jika orang-orang meminta bantuan saya.
·         Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep
Menurut saya, di point ketiga ini saya cukup mampu. Mencoba segala jenis kegiatan yang pernah saya ikuti walaupun dulu ketika sekolah, saya selalu menjadi anggota yang paling muda dalam kegiatan atau lomba-lomba yang saya ikuti. Dari situ saya menilai, saya cukup mampu dan berani untuk mencoba hal-hal baru, ketika orang-orang seumuran saya belum mencoba untuk mengikuti kegiatan tersebut, saya sudah melakukanya lebih dulu. Apabila dibandingkan dengan kedua saudara saya, saya jauh lebih aktif dan memiliki pengalaman yang banyak mengenai hal-hal yang sifatnya untuk mengasah kemampuan diri dan mengekspresikan diri. Menurut saya, saya melakukan ini semua sebagai bentuk dari “cari perhatian” pada orangtua saya karena seringnya saya dibandingkan dengan abang dan adik saya. Saya selalu berusaha menjadi lebih baik dari abang dan adik saya. Terkadang saya merasa kalau menjadi bandal atau nakal itu perlu, karena ketika menjadi anak nakal banyak hal yang kita lakukan yang tidak dilakukan oleh anak baik-baik yang kebanyakan waktunya dihabiskan dirumah untuk belajar dan tidur. Contohnya saja,  Sewaktu kecil saya lebih memilih belajar mengaji dimesjid beramai-ramai dengan anak-anak lain, berbeda dengan abang dan adik saya yang dipanggilkan guru ngaji dan belajar mengajinya dirumah. Dulu saya berpikiran bagaimana saya bisa bermain selama mungkin  dengan teman-teman saya, kalau ngaji dimesjid saya bisa belajar sambil bermain dengan mereka, dan ketika pulang biasanya kami menyempatkan untuk bermain dulu. Ketika kedua saudara saya tidur siang dirumah, saya lebih memilih panas-panasan bermain dengan teman saya walaupun sampai dirumah selalu dimarahi oleh ibu saya karena tidak pernah istirahat dirumah. Menurut saya, dari kecil sudah kelihatan bahwa saya selalu ingin mencoba hal-hal baru dan keingin tahuan saya cukup besar. Tetapi ketika sekarang memasuki masa kuliah, saya merasa kalau gairah saya dalam melakukan sesuatu hal yang baru sekarang menurun, mungkin hal ini disebabkan karna saya kurang mengenali tempat dimana saya sekarang tinggal.
Dalam ciri-ciri anak kreatif, Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan. anak yang kreatif bisa juga bersifat tidak kooperatif, egosentrik, terlalu asertif, kurang sopan, acuh tak acuh terhadap aturan, keras kepala, emosional, menarik diri dan menolak otoritas. Ciri-ciri tersebut membutuhkan koreksi dan pengarahan. Saya sangat setuju dengan apa yang dikatakan Treffinger, bahwa tidak semua anak-anak kreatif berprilaku seara terorganisasi, bahwa ada sebagian anak yang kurang sopan, acuh tak acuh, keras kepala, emosional dan menolak otoritas adalah cara mereka dalam mengekspresikan diri mereka, Cuma mereka kurang mengerti bagaimana sebaiknya itu dilakukan agar hasilnya lebih maksimal lagi, oleh sebab itu anak-anak yang seperti ini perlu diberikan pengarahan agar mengerti bagaimana mengekspresikan dirinya dengan cara yang lebih baik lagi. Dari uraian diatas saya menilai diri saya adalah anak yang termasuk kurang bisa mengekspresikan diri dengan benar, banyak yang harus saya perbaiki didalam diri saya agar bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam diri saya.

 
Copyright © 2010 bLog of Rezqy amelya hirhai | Design : Noyod.Com