Selasa, 10 September 2013

Resume Kreativitas BAB I


BAB I
DASAR PERTIMBANGAN, KEBIJAKAN, DAN KONSEP KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS
A.    Dasar pertimbangan untuk pengembangan kreativitas
Ada 7 dasar pertimbangan untuk pengembangan kreativitas :
1.      Hakikat pendidikan
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya secara optimal, sehingga ia mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
2.      Kebutuhan dan kreativitas
Ditinjau dari aspek kehidupan, kebutuhan kita akan kreativitas sangatlah terasa.gambaran ini juga terasa dalam bidang pendidikan,dalam pendidikan lebih banyak diajarkan penekanan dalam hal penghafalan dari pada berpikir secara kreatif. Guilford juga mengatakan bahwa penelitian dalam bidang kreativitas sangat kurang yang terutama terhadap kesadaran akan pentingnya kreativitas di bidang luar psikologi.
3.      Kendala dalam pengembangan kreativitas
Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian tentang kreativitas sebagai sifat yang diwarisi oleh orang yang bebakat luar biasa atau genius. Kendala konseptual lainya terletak pada alat-alat ukur yang biasanya dipakai di sekolah-sekolah, yaitu tes intelegensi tradisional yang mengukur kemampuan siswa untuk belajar, dan tes prestasi belajar untuk menilai kemajuan siswa selama program pendidikan. Sebab lain dari kelalaian terhadap  masalah pengembangan kreativitas adalah  metodologis dan penggunaan model stimulus-response.
4.      Hubungan kreativitas- intelegensi
Guilford dalam pidatonya menyatakan bahwa pengembangan kreativitas ditelantarkan dalam pendidikan formal, padahal amat bermakna bagi pengembangan potensi anak secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni budaya.
5.      Peran intelegensi dan kreativitas terhadap prestasi sekolah
Torrance, Getzels, Jakson, dan Yamanto berdasarkan studinya masing-masing sampai pada kesimpulan yang sama, yaitu bahwa kelompok siswa yang intelegensinya relatif lebih tinggi. Milgram menekankan bahwa intelegensi atau IQ semata-mata tidak dapat meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata.
6.      Sikap kreatif sebagai non- Aptitude trait dari kreativitas
Guilford (1959) membedakan antara aptitude dan non-aptitude traits yang berhubungan dengan kreativitas (berpikir kreatif) meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan Orisinilitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen. Sejuh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut ditentukan oleh ciri-ciri non-aptitude.
7.      Sikap guru dan orang tua mengenai kreativitas.
Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai minat dan kebutuhanya, dalam suasana inilah kemampuan dapar tumbuh dengan subur.

B.     Dasar pertimbangan untuk pendidikan anak berbakat
Para pakar berpendapat bahwa ika anak betul-betul berbakat ia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikanya sendiri.  Adapula yang beranggapan bahwa jika guru melakukan tugasnya dengan baik, anak berbakat tidak memerlukan perhatian khusus, berbeda dengan mereka yang menyandang ketunaan.
C.    Kebijakan
1.      Kebijakan tentang pelayanan pendidikan anak berbakat
Karena peserta didik berbeda-beda dalam bakat, minat, dan kemampuan, maka implikasinya ialah bahwa perlakuan pendidikan perlu disesuaikan dengan potensi setiap peserta didik.mengenai bagaimana perlakuan pendidikan khusus bagi anak berbakat itu dapat terlaksana, ada berbagai alternatif, apakah dengan memberikan program pengayaan (enrichment) atau program yang memungkinkan perdepatan (acceleration) atau kombinai antara keduanya.
2.      Kebijakan tentang pengembangan kreativitas
Dalam GBHN 1993, dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan pendidikan pra-sekolah.
3.      Peranan kreativitas dalam program pendidikan anak berbakat
De bono menganjurkan dan mempraktekkan ‘keativitas’ sebagai mata ajaran sendiri, lepas dari bahan materi tertentu, hal ini memang mempunyai manfaat tertentu. Namun, lebih dari itu perhatian perlu diberikan bagaimana kreativitas dapat dikaitkan dengan kegiatan di dalam kelas dan setiap saat.

D.    Konsep kreativitas
1.      Kreativitas dan aktualisasi diri
Rogers menekankan bahwa sumber kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.kreativitas aktualisasi diri adalah kekreatifan yang umum dan “content free”. Banyak program kreativitas yang berhasil bertujuan a) meningkatkan kesadaran kreativitas,b) memperkokoh sifat kreatif, seperti menghargai gagasan baru, c) mengajarkan tekhnik menemukan gagasan dan memecahkan masalah secara kreatif dan, d) melatih kemampuan kreatif secara umum. Program seperti ini membantu siswa memahami kreativitas dan menggunakan pendekatan yang kreatif terhadap masalah-masalah pribadi, akademis, dan profesional.
2.      Konsep kreativitas dengan pendekatan Empat
Rhodes menyebut keempat jenis definisi tentang definisi ini sebagai “ four P’s of creativity: person, process. Press, product” . beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P.
a.       Definisi pribadi
-          Hulbeck (1945) : tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkunganya.
-          Stenberg (1988) : kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian motivasi.
b.      Definisi proses
Definisi Torrance (1988) definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil.
c.       Definisi Produk
Rogers (dalam Vernon, 1982) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif ialah:
-          Produk itu harus nyata (observable)
-          Produk itu harus baru
-          Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkunganya.
d.      Definisi “Press”
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berup keinginan dan hasrat untuk menciptakan atau bersibuk diri maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.

E.     Konsep anak berbakat dan keberbakatan (Giftedness)
Istilah yang menunjukkan suatu perkembangan dan pendekatan ‘uni-dimensional’(seperti defini dari terman yang menggunakan intelegensi sebagai kriteria tunggal untuk mengidentifikasikan anak berbakat yaitu, IQ 140) Ke pendekatan multi-dimensional.
1.      Definisi USOES tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai alternatif Program pendidikan bagi anak berbakat yang diselanggarakan oleh badan penelitian dan pengembangan pendidikan dn kebudayaan, disepakati bahwa :
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemapmpuan yang unggul. Kemampuan-kemampuan tersebut, baik secara potensial maupun nyata, meliputi:
-          Kemampuan intelektual umum
-          Kemampuan akademik khusus
-          Kemampuan berpikir kreatif-produktif
-          Kemampuan dalam salah satu bidang seni
-          Kemampuan psikomotor (seperti dalam olahraga)
Beberapa implikasi dari defenisi ini bagi identifikasi dan pengembangan anak berbakat ialah pertama, bahwa harus dibedakan antara bakat sebagai potensi yang mungkin belum terwujud dan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul. Implikasi dan manfaat kedua dari definisi USOE ini ialah tuntutan bahwa anak berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat dan kemampuanya.
2.      Konsepsi Renzuli tentanf keberbakatan
Konsepsi lain tentang keberbakatan yang digunakan dalam identifikasi siswa berbakat di Indonesia ialah “Three-Ring Conception” dari Rezulli dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriterian (persyaratan keberbakatan ialah keterkaitan antara:
-          Kemampuan umum di atas rata-rata
-          Kreativitas di atas rata-rata, dan
-          Pengikatan diri terhadap tugas (Task commitmen cukup tinggi)
Suatu definisi merupakan pernyataan yang diungkapkan secara eksplisit, dan menjadi bagian dari kebijakan dan bahkan juga dari perantauan. Oleh karena itu adalah penting bahwa suatu definisi mengetahui tiga kriteria berbakat, yakni :
-          Harus berdasarkan riset tentang karakteristik orang berbakat
-          Memberikan arah dalam seleksi dan/atau pengembangan instrumen dan prosedur identifikasi
-          Membenci arah dan berkaitan dengan praktek program, seperti seleksi mencari dan metode instruksi serta seleksi dan pelatihan guru anak berbakat.
Setiap dari ketiga kelompok ciri-ciri itu sama-sama menentukan keberbakatan. Berikut akan dibahas masing-masing “cluster” ciri-ciri tersebut.
a.      Kemampuan di atas rata-rata (Intelegensi)
Terman (1959) yang dalam penelitianya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan-tulisanya kemudian mengakui bahwa ini intelegensi tidak sinonim dengan keberbakatan.
b.      Kreativitas
Kelompok clusser kedua yang dimiliki anak/orang berbakat ialah kreativitas sevagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
c.       Pengikatan diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah peningkatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam-macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhdap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri. Konsep keberbakatan tersebut di muka mendasari strategi identifikasi siswa berbakat indonesia. Renzulli memberikan kritik terhdap definisi USOE bahwa definisi tersebut mengabaikan motivasi atau task commitmen sebagai ciri afeksi yang penting pada orang berbakat. Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan, kemampuan umum, kreatifitas dan motivasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 bLog of Rezqy amelya hirhai | Design : Noyod.Com